Istilah Jumat Pertama
sebagai devosi kepada Hati Kudus Yesus, muncul pada penampakan kepada Santa
Maria Margaretha Alacoque (1647-1690) di Perancis. Ada beberapa penampakan
Yesus kepadanya di mana Yesus mengungkapkan rupa-rupa misteri rohani,dan
permintaan untuk penghormatan khusus kepada Allah. Pada penampakan ketiga dari
Yesus kepadanya pada tahun 1674, Santa Maria Margaretha, Yesus menampakkan diri
dalam kemuliaan dengan kelima luka penderitaannya yang bersinar bagaikan
mentari, dan dari Hati Kudus Yesus tampaklah Hati Kudus Yesus yang mencinta.
Yesus mengungkapkan, bahwa banyak orang tak menghormati dan menyangkal-Nya.
Oleh karena itu, Yesus sebagai silih dan pepulih atas dosa-dosa manusia, Yesus
meminta lewat Maria Margaretha untuk menghormatinya secara khusus. Pada Jumat Pertama Bulan Februari 2013 ini, Keluarga besar Akademi Keperawatan Dharma Insan Pontianak juga mengadakan Misa khusus yang bertempat di Kapel Susteran SFIC yang bersebelahan dengan kampus yang mendidik mahasiswa, menjadi perawat profesional. Misa dipimpin oleh Pastor Paulus Kota OFM. Cap. Dalam homili secara khusus beliau berpesan, dalam kehidupan akhir-akhir ini khususnya indonesia kita harus lebih mampu membentengi diri dengan iman yang berakar pada Kristus, dengan membangun rumah kehidupan pada wadas yang kokoh dan tidak tergoyahkan oleh angin bahkan badai sekalipun yaitu cobaan duniawi.
TERAKREDITASI BAN-PT. Izin SK Dikti Nomor 17/D/0/2009, tanggal 2 Maret 2009; Alamat: Jalan Merdeka No. 55 Pontianak 78112 Telp. 0561-733624 Fax. 0561-733625 Email: akperdharmainsanptk@gmail.com http://akperdharmainsan.ac.id
Tek Berjalan
PENYERAHAN BANTUAN DANA DARI BANK MANDIRI
Pada akhir Januari 2013 bertempat di Ruang rapat Akper, Yayasan Dharma Insan beserta Akper Dharma Insan Pontianak menerima bantuan Dana CSR dari Bank Bank Mandiri Cabang Pontianak. Dana diserahkan langsung oleh Pimpinan Bank Mandiri Cabang Pontianak dan diterima oleh Direktur Akper. Bapak Agustinus Hs, SKM. M.Kes. menyampaikan rasa terima kasih atas bantuan dan kepedulian yang diberikan, secara kebetulan juga saat ini akper masih dalam proses pembangunan gedung baru yang tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Beliau juga berharap agar kerja sama dan bantuan ini bermanfaat demi menciptakan sarana pendidikan yang lebih baik lagi. Bank Mandiri dalam hal ini di wakili oleh Vice President Area Manager Pontianak Bapak Hotman Nainggolan dalam sambutannya, dalam upaya kepedulian Bank Mandiri dalam membangun masyarakat khususnya Kalimantan Barat maka diberikanlah sejumlah dana salah satunya kepada Akper Dharma Insan Pontianak. Diakhir kalimat beliau berharap semoga bantuan ini dapat bermanfaat bagi Akper dan dapat terus berkarya bagi masyarakat di Kalimantan Barat.
Bidadari Berlampu
Florence Nightingale lahir
tanggal 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dalam suatu perjalanan panjang
keliling Eropa. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya,
Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Florence
Nightingale memiliki seorang kakak perempuan bernama Parthenope. anak pertama,
lahir di Napoli, Yunani. Beliau adalah seorang anak bangsawan Inggris yang
kaya, beradab dan bercita-cita tinggi yang bernama William Edward Nightingale.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Edward Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Pendidikan didapat dari ayahnya, ia belajar bermacam-macam bahasa yaitu bahasa Latin, Yunani, Perancis, dan lain-lain. Ia senang memelihara binatang yang sakit, selain itu ia senang bersama ibunya mengunjungi orang miskin yang sakit serta rajin beribadah.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang kontras, Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence sendiri lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan. Pada suatu ketika, pada saat Florence berdoa dengan hikmat ia mendengar suara Tuhan bahwa dalam hidupnya menanti sebuah tugas, saat itu usianya tujuh belas tahun. Akhirnya Pada tanggal 7 Februari 1837 dia menulis di buku hariannya tentang pengalamannya itu dengan judul “Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-Nya. Tetapi pelayanan apa?”
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Edward Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Pendidikan didapat dari ayahnya, ia belajar bermacam-macam bahasa yaitu bahasa Latin, Yunani, Perancis, dan lain-lain. Ia senang memelihara binatang yang sakit, selain itu ia senang bersama ibunya mengunjungi orang miskin yang sakit serta rajin beribadah.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang kontras, Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence sendiri lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan. Pada suatu ketika, pada saat Florence berdoa dengan hikmat ia mendengar suara Tuhan bahwa dalam hidupnya menanti sebuah tugas, saat itu usianya tujuh belas tahun. Akhirnya Pada tanggal 7 Februari 1837 dia menulis di buku hariannya tentang pengalamannya itu dengan judul “Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-Nya. Tetapi pelayanan apa?”
Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita bukan karena status sosial keluarganya yang kaya tetapi merasa bersemangat disaat ia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar rumah keluarganya serta ia sangat gemar mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan rumah sakit.
Sebagai keluarga yang berasal dari kalangan mapan, keinginan Florence untuk berkarier sebagai perawat mendapat tantangan keras. Ibu dan kakaknya sangat keberatan dengan jalur yang hendak ditempuh Florence. Sedangkan ayahnya, meski mendukung kegiatan kemanusiaan yang dilakukan putrinya ini, juga tidak ingin Florence menjadi perawat.
Pada masa itu, pekerjaan sebagai perawat memang dianggap pekerjaan yang hina, alasannya:
- perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau
“buntut” (keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara
pergi;
- profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan
tubuh dalam keadaan terbuka sehingga profesi ini dianggap sebagai profesi
yang kurang sopan untuk wanita baik-baik, selain itu banyak pasien
memperlakukan wanita yang tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit
dengan tidak senonoh;
- perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak
laki-laki daripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas;
- perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai
tukang masak.
Namun hasrat Florence adalah tetap menjadi perawat. Ketika berumur 20 tahun ia meminta ijin kepada orang tuanya untuk memasuki rumah sakit dan mempelajari keperawatan, tetapi orang tuanya tetap tidak mengijinkan karena rumah sakit pada saat itu keadaannya sangat memprihatinkan. Walaupun dilarang, semangat Florence untuk menjadi perawat tidak pupus.
Pada suatu saat neneknya sakit, disinilah ia mendapat kesempatan untuk merawatnya sampai neneknya meninggal. Dengan pengalaman tersebut bertambahlah pengalaman Florence dalam merawat orang sakit. Florence berpendapat bahwa ia perlu menuntut ilmu agar dapat menjalankan pekerjaan perawat dengan baik. Pendapatnya yang lain adalah dengan menolong sesama manusia berarti pula mengabdikan diri kepada Tuhan.
Dia bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, Dr. Samuel Howe, “Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?” Dr. Samuel Howe menjawab, “Di Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain.”
Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic Sisters of Charity suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa, dengan semangat tinggi Florence menanggapi cerita Dr. Howe bahwa Kaiserworth adalah tujuannya.
Pada bulan Juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.
Tiga tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan menekan bel.
Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte, institusi tersebut menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis berbunyi; “rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam”
Komite Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.
Ternyata , Florence harus menanti cukup lama hingga ia bisa menjadi seorang perawat, yaitu sekitar lima belas tahun. Waktu yang sedemikian ini belakangan diyakini Florence sebagai kehendak Tuhan yang menyatakan bahwa dirinya harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum terjun sebagai seorang perawat.
Perannya dalam Perang Krimea
Pada tahun 1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk menguasai Krimea dan Konstantinopel (pintu gerbang menuju Timur Tengah). Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”.
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri perang saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence Nightingale adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.
Sebagai Menteri Perang, Sidney Herbert meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan ini. Dia berangkat bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan; 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari Biarawati Katolik Roma, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa biarawati Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong semangatnya.
Tiba bulan November 1854 di Barak Selimiye, di Scutari dengan 38 rekan-rekannya, mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Florence melihat para prajurit yang terluka, tidak dirawat dengan baik. Obat-obatan yang minim ditambah dengan tidak diperhatikannya kehigienisan sering membawa akibat yang fatal bagi pasien. Peralatan untuk menyiapkan makanan bagi para pasien pun tidak tersedia.
Selama perang berlangsung, Florence menghadapi tantangan berat untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemiliknya, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.
Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat, perban diganti secara berkala, obat diberikan pada waktunya, lantai rumah sakit dipel setiap hari, meja kursi dibersihkan, baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat. Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam.
Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale.
Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual.
Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada dibawah pengawasan Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Namun, kerja keras Florence Nightingale membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti: tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk.
Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis.
Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia meyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan.
Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.
Bidadari Berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Florence Nightingale menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap. Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Saat bintara tersebut terlihat enggan mengantarnya, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince.
Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia. Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama “Bidadari Berlampu”. Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul “Santa Filomena“, yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.
“Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku”
Pulang ke Inggris
Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis (“demam Krimea”) yang menyerangnya selama perang Krimea.
Karir Selanjutnya
Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama, bahkan saat itu perawat-perawat pria jarang ada yang berpendidikan.
Warisan-warisan Florence Nightingale
Salah satu warisan yang sangat berharga dari Florence
ialah sistem kesehatan publik. Sistem tersebut menunjukkan keyakinannya akan
hukum Tuhan, Sang Pencipta segalanya. Pendekatannya juga menyeluruh. Ia juga
menekankan pentingnya kesehatan dan pencegahan penyakit secara konsisten.
Ia mencetuskan perilaku hidup yang sehat dengan :
Ia mencetuskan perilaku hidup yang sehat dengan :
- rumah yang layak huni (sesuatu yang langka di
masanya, bahkan bagi mereka yang hidup makmur);
- air dan udara yang bersih;
- nutrisi yang baik;
- kelahiran yang aman (tingkat kematian dalam
proses kelahiran maupun pasca kelahiran karena demam);
- perawatan anak yang benar, yang ditunjukkan
dengan tidak satu anak pun yang menjadi pekerja.
Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadai seseorang yang terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah tersebut.Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.
Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempat-tempat tersebut.
Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing.
Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary’s Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.
Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika”, berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Meninggal Dunia
Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.
Demikian tadi sahabat mengenai biografi pelopor keperawatan yaitu Florence Nightingale dan semoga bermanfaat
Referensi :
* Baly, Monica E. and H. C. G. Matthew, “Nightingale, Florence (1820–1910)”; Oxford Dictionary of National Biography, Oxford University Press (2004); online edn, May 2005 accessed 28 Oct 2006
* Pugh, Martin; The march of the women: A revisionist analysis of the campaign for women’s suffrage 1866-1914, Oxford (2000), at 55.
* Soeroto, A. Florence Nightingale, Bidadari Berlampu. Penerbit Djambatan. Seri “Kisah orang-orang yang telah berjasa”. Cetakan pertama 1974. ISBN 979 428 073 9.
* Sokoloff, Nancy Boyd.; Three Victorian women who changed their world, Macmillan, London (1982)
* Webb, Val; The Making of a Radical Theologician, Chalice Press (2002)
* Woodham Smith, Cecil; Florence Nightingale, Penguin (1951), rev. 1955
* Florence Nightingale Museum. 2003. Florence Nightingale, dalam
http://www.florence-nightingale.co.uk/flo2.htm.
McDonald, Lynn. 2000. Florence Nightingale and the Foundations of Public Health Care, dalam
http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/Public%20Health%20Care/dalpaper.htm.
2005. Florence Nightingale: Faith and Work, dalam
http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/spirituality/faith.htm.
The Collected Work of Florence Nightingale. 2005. Florence Nightingale at Prayer, dalam
http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/spirituality/Nightingale-Prayer.htm.
Wikipedia. 2007a. Florence Nightingale, dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightingale.
2007b. Florence Nightingale, dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightingale.
Pelayanan Kesehatan di Indonesia
Laurensius Daniel A
Pasca Sarjana ilmu ilmu sosial
Universitas Tanjungpura Pontianak
Indonesia sebagai sebuah
negara berpendudukan ke-5 terbesar di dunia hingga kini belum memiliki system
pembiayaan kesehatan yang mantap. Didasari atau pun tidak, masalah tersebut
terkait erat dengan factor sosio-eonomi, pranata-pranata budaya, system politik
dan masih banyak aspek lain yang turut mempengerahui system upaya kesehatan.
Ketergantungan system budaya kesehatan di negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia adalah muncul dalam bentuk ketergantungan teknologi maupun tenaga ahli. Proses ketergantungan ini terjadi sebagai akibat dari proses disiplin dan normalisasi lewat program “pembangunan internasional”. Sehingga kerap, masalah kesehatan dan kemiskinan selalu disertakan dengan utang luar negeri. (Baca : Isue HAM). Menyangkut masalah kesehatan di Indonesia serta bagaimana system dan model yang cocok untuk di terapkan bagi negeri dengan multi kultur itu ?
Bagi masyarakat Indonesia sistem upaya kesehatan terlalu penting atau berharga untuk di percayakan kepada kalangan professional. Semakin hari semakin nyata bagaimana peran serta masyarakat dalam pengkajian masalah-masalah kesehatan dan kebijakan penyelenggaraan upaya kesehatan semakin tumbuh dan berkembang. Salah satu upaya pemerintah memberdayakan masyarakat dibidang kesehatan adalah terlihat jelas dalam bentuk pola asuransi kesehatan. Salah satunya adalah program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM ), askes (Asuansi Ksehatan), atau pun asuransi-asuransi yang di kembangkan atau di selenggarakan pihak swasta atau kalangan professional.
Kini dengan semakin meningkatnya biaya pelayanan kesehatan, maka ada kebutuhan yang semakin mendesak yang harus dimiliki masyarakat. Pertama, harus di sadari bahwa perubahan tata ekonomi dunia baru yang ditandai era globalisasi, dimana keterbukaan terhadap pasar komoditi kesehatan juga semakin terbuka. Tidak terelakkan bahwa kondisi dan fenomena global semakin membuka peluang persaingan, dan di satu
sisi biaya kesehatan semakin mahal, praktik-praktik kedokteran maupun rumah sakit semakin mahal dari jangkauan kantong masyarakat bawah.
Masalah kesehatan tampaknya tidak saja merupakan masalah atau urusan Negara, tetapi merupakan masalah bagi setiap orang. Dengan semakin tingginya biaya kesehatan, tuntutan pada system pelayanan pun turut berubah. Tak terbantahkan lagi bahwa realitas dan perubahan tersebut turut mempengaruhi masalah kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Pesoalannya kini adalah bagaimana upaya yang harus dilakukan dalam memberdayakan masyarakat agar cakupan program jaminan kesehatan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat ?
Upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, selain melalui berbagai kegiatan penyuluhan kesehatan, juga perlu adanya kesadaran masyarakat pada jaminan kesehatan masyarakat; yakni Memasyarakatkan Sistem Asuransi Kesehatan. Upaya dimaksud hendaknya selalu mengacu pada :
Pertama, pemerintah harus merupakan motor dari system pelayanan kesehatan masyarakat untuk mendorong masyarakat ikut asuransi kesehatan. Beban atau biaya kesehatan bagi masyarakat miskin perlu di subsidi sehingga tidak membebani pihak penyelenggaraan layanan kesehatan. Pihak lembaga-lembaga swadaya masyarakat perlu mendorong suatu usaha bersama atau terpadu antara pemerintah, sector terkait, swasta/BUMN untuk masyarakatkan asuransi. Disamping itu penghasilan dari sektor pajak, perlu disisihkan untuk alokasi dana kesehatan masyarakat dengan tujuan mengurangi beban Negara atau APBN.
Harus di sadari pula bahwa pihak pemberi layanan kesehatan, baik dokter, bidan, klinik-klinik ataupun rumah sakit dapat memberikan pelayanan terbaik secara paripurna atas dasar “melayani”. Upaya lain terlebih bagi masyarakat pekerja, maka perusahaan harus mempunyai kewajiban menjamin kesejahteraan karyawannya, termasuk jaminan pemeliharaan kesehatan.
Sejauh ini masalah jaminan kesehatan seperti Askes misalnya hendaknya betul-betul memberikan kemudahan bagi setiap penerima pelayanan kesehatan. Di Indonesia, masalah bagaimana bentuk atau model yang terbaik bagi pelayanan kesehatan di Indonesia, sepenuhnya merupakan pilihan setiap pengguna. Sebab, apa pun modelnya senantiasa mengacu pada satu tujuan, yakni memberi kemudahan dalam memenuhi kesehatan.
Sesungguhnya program JPKM dan sejumlah bentuk asuransi yang sedang berjalan cukup mengakomodasi masyarakat kita. Hanya saja, perlu peningkatan kualitas dan sikap profesional dalam pengelolaannya. Dukungan pemerintah, semakin memantapkan bahwa politcalwil pemberdayaan kesehatan di Indonesia cukup mantap.
Masalah pelayanan kesehatan di Indonesia akan semakin baik bila didukung sistem politik dan ekonomi, (otoritas pemerintah), adanya kesadaran masyarakat dan peran serta lembaga-lembaga terkait. Para pemakai dan pengguna jaminan kesehatan hendaknya selalu memperhatikan aspek yang berkaitan dengan sistem kesehatan yang telah di tetapkan. Masalahnya memang tidaklah sesederhana yang kita fikirkan, tetapi tujuan dari pemberdayaan ksehatan bagi semua.
Tidak saja menyangkut pelayanan teknis, masalah kesehatan juga terkait erat dengan sistem ekonomi, politik dan juga kemampuan perkembangan daya beli masyarakat, yang akhirnya berpengaruh pada masalah gizi, kemiskinan dan pengetahuan masyarakat. Yang pasti, model-model pemberdayaan kesehatan melalui sistem asuransi kesehatan perlu kita tingkatkan dan kembangkan sehingga memberi sinergi baru bagi pertumbuhan kita sebagai bangsa. Mari kita songsong era baru dengan segala persoalannya termasuk masalah kesehatan untuk semua.
Ketergantungan system budaya kesehatan di negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia adalah muncul dalam bentuk ketergantungan teknologi maupun tenaga ahli. Proses ketergantungan ini terjadi sebagai akibat dari proses disiplin dan normalisasi lewat program “pembangunan internasional”. Sehingga kerap, masalah kesehatan dan kemiskinan selalu disertakan dengan utang luar negeri. (Baca : Isue HAM). Menyangkut masalah kesehatan di Indonesia serta bagaimana system dan model yang cocok untuk di terapkan bagi negeri dengan multi kultur itu ?
Bagi masyarakat Indonesia sistem upaya kesehatan terlalu penting atau berharga untuk di percayakan kepada kalangan professional. Semakin hari semakin nyata bagaimana peran serta masyarakat dalam pengkajian masalah-masalah kesehatan dan kebijakan penyelenggaraan upaya kesehatan semakin tumbuh dan berkembang. Salah satu upaya pemerintah memberdayakan masyarakat dibidang kesehatan adalah terlihat jelas dalam bentuk pola asuransi kesehatan. Salah satunya adalah program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM ), askes (Asuansi Ksehatan), atau pun asuransi-asuransi yang di kembangkan atau di selenggarakan pihak swasta atau kalangan professional.
Kini dengan semakin meningkatnya biaya pelayanan kesehatan, maka ada kebutuhan yang semakin mendesak yang harus dimiliki masyarakat. Pertama, harus di sadari bahwa perubahan tata ekonomi dunia baru yang ditandai era globalisasi, dimana keterbukaan terhadap pasar komoditi kesehatan juga semakin terbuka. Tidak terelakkan bahwa kondisi dan fenomena global semakin membuka peluang persaingan, dan di satu
sisi biaya kesehatan semakin mahal, praktik-praktik kedokteran maupun rumah sakit semakin mahal dari jangkauan kantong masyarakat bawah.
Masalah kesehatan tampaknya tidak saja merupakan masalah atau urusan Negara, tetapi merupakan masalah bagi setiap orang. Dengan semakin tingginya biaya kesehatan, tuntutan pada system pelayanan pun turut berubah. Tak terbantahkan lagi bahwa realitas dan perubahan tersebut turut mempengaruhi masalah kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Pesoalannya kini adalah bagaimana upaya yang harus dilakukan dalam memberdayakan masyarakat agar cakupan program jaminan kesehatan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat ?
Upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, selain melalui berbagai kegiatan penyuluhan kesehatan, juga perlu adanya kesadaran masyarakat pada jaminan kesehatan masyarakat; yakni Memasyarakatkan Sistem Asuransi Kesehatan. Upaya dimaksud hendaknya selalu mengacu pada :
Pertama, pemerintah harus merupakan motor dari system pelayanan kesehatan masyarakat untuk mendorong masyarakat ikut asuransi kesehatan. Beban atau biaya kesehatan bagi masyarakat miskin perlu di subsidi sehingga tidak membebani pihak penyelenggaraan layanan kesehatan. Pihak lembaga-lembaga swadaya masyarakat perlu mendorong suatu usaha bersama atau terpadu antara pemerintah, sector terkait, swasta/BUMN untuk masyarakatkan asuransi. Disamping itu penghasilan dari sektor pajak, perlu disisihkan untuk alokasi dana kesehatan masyarakat dengan tujuan mengurangi beban Negara atau APBN.
Harus di sadari pula bahwa pihak pemberi layanan kesehatan, baik dokter, bidan, klinik-klinik ataupun rumah sakit dapat memberikan pelayanan terbaik secara paripurna atas dasar “melayani”. Upaya lain terlebih bagi masyarakat pekerja, maka perusahaan harus mempunyai kewajiban menjamin kesejahteraan karyawannya, termasuk jaminan pemeliharaan kesehatan.
Sejauh ini masalah jaminan kesehatan seperti Askes misalnya hendaknya betul-betul memberikan kemudahan bagi setiap penerima pelayanan kesehatan. Di Indonesia, masalah bagaimana bentuk atau model yang terbaik bagi pelayanan kesehatan di Indonesia, sepenuhnya merupakan pilihan setiap pengguna. Sebab, apa pun modelnya senantiasa mengacu pada satu tujuan, yakni memberi kemudahan dalam memenuhi kesehatan.
Sesungguhnya program JPKM dan sejumlah bentuk asuransi yang sedang berjalan cukup mengakomodasi masyarakat kita. Hanya saja, perlu peningkatan kualitas dan sikap profesional dalam pengelolaannya. Dukungan pemerintah, semakin memantapkan bahwa politcalwil pemberdayaan kesehatan di Indonesia cukup mantap.
Masalah pelayanan kesehatan di Indonesia akan semakin baik bila didukung sistem politik dan ekonomi, (otoritas pemerintah), adanya kesadaran masyarakat dan peran serta lembaga-lembaga terkait. Para pemakai dan pengguna jaminan kesehatan hendaknya selalu memperhatikan aspek yang berkaitan dengan sistem kesehatan yang telah di tetapkan. Masalahnya memang tidaklah sesederhana yang kita fikirkan, tetapi tujuan dari pemberdayaan ksehatan bagi semua.
Tidak saja menyangkut pelayanan teknis, masalah kesehatan juga terkait erat dengan sistem ekonomi, politik dan juga kemampuan perkembangan daya beli masyarakat, yang akhirnya berpengaruh pada masalah gizi, kemiskinan dan pengetahuan masyarakat. Yang pasti, model-model pemberdayaan kesehatan melalui sistem asuransi kesehatan perlu kita tingkatkan dan kembangkan sehingga memberi sinergi baru bagi pertumbuhan kita sebagai bangsa. Mari kita songsong era baru dengan segala persoalannya termasuk masalah kesehatan untuk semua.
DATA INDUK AKPER DHARMA INSAN PONTIANAK
AKPER DHARMA INSAN PONTIANAK
| |||||||||||
TAHUN
2012
| |||||||||||
1. Berdasarkan Kelamin : | 440 | orang | |||||||||
a. Laki-laki | |||||||||||
- Tingkat I | = | 92 | orang | ||||||||
- Tingkat II | = | 63 | orang | ||||||||
- Tingkat III | = | 68 | orang | ||||||||
223 | |||||||||||
b. Perempuan | |||||||||||
- Tingkat I | = | 110 | orang | ||||||||
- Tingkat II | = | 58 | orang | ||||||||
- Tingkat III | = | 49 | orang | ||||||||
217 | |||||||||||
2. Berdasarkan Agama : | 440 | orang | |||||||||
a. Katolik | |||||||||||
- Tingkat I | = | 145 | orang | ||||||||
- Tingkat II | = | 94 | orang | ||||||||
- Tingkat III | = | 87 | orang | ||||||||
326 | |||||||||||
b. Protestan | |||||||||||
- Tingkat I | = | 45 | orang | ||||||||
- Tingkat II | = | 25 | orang | ||||||||
- Tingkat III | = | 22 | orang | ||||||||
92 | |||||||||||
c. Islam | |||||||||||
- Tingkat I | = | 10 | orang | ||||||||
- Tingkat II | = | 2 | orang | ||||||||
- Tingkat III | = | 8 | orang | ||||||||
20 | |||||||||||
d. Hindu | |||||||||||
- Tingkat I | = | 2 | orang | ||||||||
- Tingkat II | = | 0 | orang | ||||||||
- Tingkat III | = | 0 | orang | ||||||||
2 | |||||||||||
3. Berdasarkan Etnis : | 440 | orang | |||||||||
- Dayak | = | 391 | orang | ||||||||
- Melayu | = | 14 | orang | ||||||||
- Batak | = | 14 | orang | ||||||||
- Jawa | = | 13 | orang | ||||||||
- Tionghoa | = | 6 | orang | ||||||||
- Timor | = | 2 | orang | ||||||||
4. Berdasarkan Asal Kabupaten : | 440 | orang | |||||||||
1. Kapus Hulu | = | 37 | orang | ||||||||
2. Sintang | = | 26 | orang | ||||||||
3. Melawi | = | 22 | orang | ||||||||
4. Sekadau | = | 49 | orang | ||||||||
5. Sanggau | = | 97 | orang | ||||||||
6. Landak | = | 95 | orang | ||||||||
7. Kodya Pontianak | = | 34 | orang | ||||||||
8. Kabupaten Pontianak | = | 9 | orang | ||||||||
9. Kubu Raya | = | 32 | orang | ||||||||
10. Ketapang | = | 13 | orang | ||||||||
11. Sambas | = | 4 | orang | ||||||||
12. Bengkayang | = | 17 | orang | ||||||||
13. Singkawang | = | 4 | orang | ||||||||
14. Pangkalan Bun/ Kalteng | = | 1 | orang |
PEDOMAN LAYANAN MAHASISWA
Pedoman Layanan Mahasiswa
Berbagai bentuk untuk setiap jenis pelayanan kepada mahasiswa:
No. |
Jenis
Pelayanan kepada Mahasiswa
|
Bentuk
kegiatan,
Pelaksanaan dan Hasilnya |
|||||||||||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
|||||||||||||
1
|
Bimbingan dan Konseling |
BentukLayanan:
Pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan oleh Unit Layanan bimbingan oleh PA Akper Dharma Insan. Adapun bentuk layanan yang diberikan adalah:
Mahasiswa dapat berinisiatif
untuk memperoleh layanan , baik menyangkut masalah yang dihadapi maupun upaya
untuk mengembangkan dirinya dengan jalan menemui Pengelola di Akper Dharma
Insan untuk menentukan waktu memperoleh layanan. Apabila dinilai perlu Dosen
Wali dapat mengusulkan pada Pengelola Unit Layanan Psikologi untuk memanggil
anak walinya guna memperoleh pelayanan. Berdasarkan usulan dari Dosen Wali,
orang tua maupun stake holder yang lain Pengelola Unit Layanan
Psikologi dapat melakukan pemanggilan terhadap mahasiswa untuk memperoleh
layanan konsultasi merupakan kegiatan pemberian treatment
(perlakuan) khusus pada para mahasiswa yang bermasalah. Kasus yang ditangani
sebagian besar merupakan masalah yang memerlukan penanganan khusus. untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
|
|||||||||||||
2
|
Minat dan bakat (ekstra
kurikuler) |
Bentuk
Layanan
Akademi
Keperawatan Dharma Insan menyediakan sarana untuk pengembangan minat dan
bakan mahasiswa.Dalam hal ini melibatkan senat mahasiswa.Pengembangan minat
dan bakat di Akper Dharma Insan dimulai pada semester 1 (mahasiswa baru)
melalui mekanisme pembinaan mahasiswa baru. Mahasiswa baru tersebut
diwajibkan untuk mengikuti satu jenis unit kegiatan mahasiswa. Pembinaan
tersebut diselenggarakan selama 1(satu tahun).
Pembinaan untuk tahap berikutnya mahasiswa dapat menjadi pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa sesuai dengan minat dan bakatnya. Pada tahap ini, pengurus Organisasi Mahasiswa wajib menyampaikan rancangan program kerja yang akan dipresentasikan dihadapan para reviewer. Para pengurus organisasi mahasiswa dibekali dengan berbagai ketrampilan manajemen dan kepemimpinan melalui kegiatan Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Tingkat Dasar dan LKMM Tingkat Menengah. Dalam rangka menjamin terselenggaranya kegiatan mahasiswa yang berkualitas, dilakukan audit organisasi mahasiswa untuk seluruh organiasasi mahasiswa sebanyak 2 kali yaitu audit tengah dan akhir periode. |
|||||||||||||
3
|
Pembinaan soft skills |
Bentuk Layanan: Pengembangan soft skills Akper Dharma Insan dilaksanakan melalui tiga jalur dimana setiap jalur memiliki berbagai bentuk kegiatan, sebagai berikut:
Dalam
rangka pengembangan softskill di Akper Dharma Insan telah disusun Pedoman
Pengembangan Softskills Mahasiswa
sebagaimana dalam SK. Direktur. 0305/p.20000/09/09.
Berdasarkan pedoman tersebut pengembangan softskill dilakukan
melalui bidang akademik dan bidang kemahasiswaan. Melalui bidang
kemahasiswaan telah dikembangkan disain dan program kegiatan ekstrakurikuler
kepada mahasiswa mulai semester awal hingga semester akhir. Pengembangan di
bidang kemahasiswaan diarahkan melalui pengembangan pada tingkat individu,
kelompok dan mahasiswa secara keseluruhan. Melalui bidang akademik muatan softskill
diintegrasikan secara eksplisit ke dalam beberapa mata kuliah seperti etika
dan pengembangan kepribadian, etika bisnis, etika profesi dan kewirausahaan.
Pelaksanaan program
pengembangan soft skills mahasiswa Akper Dharma Insan bersifat
sistematis, komprehensif, interaktif dan berkesinambungan dimana pengembangan
soft skill mahasiswa dilakukan secara bertahap mulai dari tahap
pengenalan, tahap pertumbuhan dan tahap pendewasaan. Selain itu, program
pengembangan soft skills di Akper Dharma Insan juga dilakukan
melalui 3 jalur yaitu jalur mahasiswa, SeMa dan jalur akademik.
Berdasarkan profil lulusan
yang telah ditentukan, hasil tracer study yang telah diperoleh serta
diskusi mendalam, maka ditentukan bahwa atribut soft skills yang
dikembangkan bagi Institusi adalah: (a) Disiplin, (b) Kerjasama, (c)
Komunikasi. Adapun atribut soft skills yang dikembangkan oleh Prodi
S1 Manajemen adalah (a) Penyelesaian Masalah, (b) Percaya Diri
|
|||||||||||||
4
|
Beasiswa |
Akper Dharma Insan sejauh ini baru memberikan bentuk pengharaan seperlunya. Dalam waktu dekat atau sedang dijajaki bantuan biasiswa dari Kopertis |
|||||||||||||
5
|
Kesehatan |
1.Bentuklayanan.
Bentuk layanan yang diberikan berupa layanan pemberian konsultasi kesehatan, pemeriksaan, dan obat-obatan oleh dokter Rumah Sakit Santo Antonius
2.Pelaksanaan
Dokter atau pelayanan kesehatan rumah sakit Santo Antonius di Akper Dharma Insan, dan dokter yang ditunjuk oleh Akper Dharma Insan
|
|||||||||||||
6
|
Layanan bagi Mahasiswa untuk
mencari Pekerjaan |
|
BUKU PEDOMAN AKPER DHARMA INSAN PONTIANAK
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Akademi Keperawatan Dharma Insan Pontianak adalah salah satu Akper
yang ada di Kalimantan Barat dengan status swasta, bernaung dibawah payung
Yayasan Dharma Insan Pontianak. Dasar hukumnya adalah SK : Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan RI
(Pusdiknakes) Nomor : HK.00.06.1.3.0504.
Secara geografis, Akper Dharma Insan terletak di
Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.
Sejak berdiri tahun 2000, Akper Dharma Insan
Pontianak menerima Mahasiswa/i 11 angkatan yang sebagian besar berasal dari
daerah pedalaman Kalimantan Barat.
Keberadaan Akper Dharma Insan Pontianak
dimaksudkan untuk lebih mendekatkan Akper dengan masyarakat, sehingga dapat
dijangkau baik dari segi jarak maupun ekonomi yang memungkinkan bagi putra
putri daerah untuk meningkatkan pengetahuannya.
Selain itu, Akper Dharma Insan juga dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan yang profesional di unit-unit
pelayanan kesehatan yang ada di bawah naungan Yayasan Dharma Insan dan
institusi lain yang memerlukan.
- VISI MISI
1.
VISI
Menghasilkan Ahli Madya Keperawatan
yang menjunjung tinggi sikap profesionalisme berdasarkan Cinta Kasih Kristiani.
- MISI
Untuk mencapai visi di atas, maka misinya adalah :
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Pendidikan,
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
b. Meningkatkan sumber daya tenaga Dosen baik
kualitas maupun kuantitas.
c. Meningkatkan sarana dan prasarana
penunjang pembelajaran yang sesuai kebuutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan Tehnologi.
d. Mengembangkan kurikulum INSTITUSI YANG
SESUAI PROGRAM UNGGULAN.
e. Meningkatkan kesejahteraan pegawai yang
mampu meningkatkan kinerja secara efektif dan efisiensi kerja.
f. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan
instansi terkait.
g. Sistem Rekruitmen calon yang berdasarkan
kemampuan intelektual, bakat, dan potensial melalui persaingan bebas.
h. Memperkenalkan dan menanamkan Cinta Kasih
Kristiani dalam pembinaan Mahasiswa.
- TUJUAN INSTITUSIONAL
Mendidik Mahasiswa melalui proses belajar menyelesaikan kurikulum
inti dan institusi, sehingga :
- Memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk melaksanakan Keperawatan profesional secara komprehensip.
- Memiliki motivasi untuk mengembangkan kepribadian dan sikap yang sesuai dengan etika profesi.
- Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan profesional sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
- Memiliki
jiwa dan sikap pengabdian terhadap sesama dengan berlandaskan Cinta Kasih
Kristiani.
BAB II
PROFIL AKPER DHARMA INSAN PONTIANAK
- DATA UMUM
Kode Institusi
|
610220033S
|
Jenjang
|
JPTD-III
|
Jenis Institusi
|
AKPER
|
Nama Institusi
|
AKPER DHARMA INSAN
|
Alamat
|
JL. MERDEKA
|
Kabupaten/Kota
|
|
Provinsi
|
|
Kode Pos
|
78112
|
Nomor Telp./Fax
|
(0561) 733624/764259
|
Alamat Email
|
0
|
Nama Direktur
|
AGUSTINUS HS.,
SKM, M.Kes
|
Tgl. SK. Mulai Berlaku
|
9 – 12 - 2010
|
Status Pemilikan
|
Swasta
|
Tgl. SK. Pertama
|
25 – 2 – 2000
|
No. SK Pertama
|
HK.00.06.1.3.0504
|
Tgl.
|
1 – 6 – 2004
|
No. SK Terakhir
|
HK.00.06.1.4.2.01825
|
Strata Akreditasi
|
B
|
Nilai Akreditasi
|
80.6
|
Tgl.
|
16 – 9 – 2004
|
No. SK Akreditasi
|
HK.00.06.2.2.01914
|
Tgl . Alih
Kelola dari
Depkes ke DIKTI
|
2 – 3 - 2009
|
No. SK DIKTI
|
17/D/O/2009
|
- STRUKTUR ORGANISASI
SUSUNAN PENGELOLA
AKADEMI
KEPERAWATAN DHARMA INSAN PONTIANAK
DIREKTUR : AGUSTINUS HS., SKM, M.Kes
PEMBANTU DIREKTUR I : Ns. ELISABETH
WAHYU S, S.Kep
KABAG ADM. AKDEMIK : ELLY MARCE TITIHALAWA, SST
PEMBANTU DIREKTUR II : PELAPINA HERIANA, S.Kep.Ners
KABAG. ADM. UMUM & KEPEG. : SUTARSO,
SH
KABAG. KEUANGAN : HERONIUS, SE
KABAG. RT/LOGISTIK : YOHANES VIANY
KABAG.INFORMASI & TEKNOLOGI :
EXBERTUS, SH
PEMBANTU DIREKTUR III : LAURENSIUS
DENIEL, SKM
KABAG. ADM. KEMAHASISWAAN : VERONIKA HERAWATI,
S.KeP.Ners
C. SEJARAH SINGKAT
1. SPK DHARMA INSAN PONTIANAK.
Sekolah Perawat
Kesehatan Dharma Insan Pontianak adalah Lembaga Pendidikan dibidang Keperawatan milik Keuskupan Agung Pontianak,
yang dikelola oleh Yayasan Dharma Insan
Pontianak, didirikan pada bulan Juli 1984 dan mendapat ijin resmi dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia No. 109/KEP/DIKLAT/KES/84, tertanggal
18 Juli 1984.
Pada
tahun 1997 mendapat hasil Akreditasi Strata B (nilai 76.48) dari Kepala Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia .
Sehingga mendapat perpanjangan ijin penyelenggaraan SPK Dharma Insan Pontianak
selama 3 tahun dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia SK. NO.
HK.00.06.1.1.3158, tertanggal 29 September 1997
Pada tahun 1999 mendapat hasil Akreditasi Strata B
(nilai 88.36) dari Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Republik Indonesia . NO:HK.00.06.4.3.4089, tertanggal 14 Desember 1999.
Pada
tahun 2000 mendapat Ijin Penyelenggaraan Akademi Keperawatan (AKPER) Dharma Insan Pontianak berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia No: HK.00.06.1.3.0504, tertanggal 25 Pebruari 2000.
Pada
tahun 2004 mendapat hasil Akreditasi Strata B (nilai 80.6) dari Kepala Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia No.
HK.00.06.2.2.01914, tertanggal 16 September 2004.
Alih kelola dari Depkes RI ke DIKTI
Kementerian Diknas Tahun 2009 dan SK DIKTI No. 17/D/O/2009.
2. AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA INSAN PONTIANAK
Sesuai dengan Kebijaksanaan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, dalam rangka meningkatkan peran institusi
pendidikan kesehatan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya
dibidang kesehatan, maka mulai tahun ajaran 2000-2001, Yayasan Dharma Insan
Pontianak membuka Program Akademi Keperawatan (AKPER), dimaksud untuk memberi
kesempatan kepada para lulusan SMA untuk menjadi Perawat yang profesional.
Penyelenggaraan
program ini diharapkan dapat mengisi kebutuhan tenaga Perawat Profesional khususnya bagi institusi kesehatan dibawah
naungan Keuskupan Agung Pontianak dan Institusi lain baik Pemerintah maupun
Swasta yang ada di Kalimantan Barat maupun diluar Kalimantan Barat dari lulusan Akademi Keperawatan.
3. YAYASAN DHARMA INSAN
Yayasan Dharma Insan sebagai Pembina/Penanggung jawab Akademi
Keperawatan Dharma Insan, didirikan dengan tujuan membantu pemerintah RI dan
ikut berperan serta dalam pembangunan masyarakat seutuhnya dengan jalan :
1.
Melaksanakan karya pelayanan
kesehatan.
2. Menciptakan
tenaga pelayanan kesehatan profesional melalui lembaga pendidikan Akademi
Keperawatan.
Segala usaha yang dilakukan oleh Yayasan
dilaksanakan berdasarkan Iman Katolik dan Cinta Kasih Kristiani, oleh sebab itu
tugas Akademi Keperawatan Dharma Insan bukan saja mendidik tenaga
profesional tapi juga menumbuhkan
dedikasi yang tinggi dengan semangat pengabdian kepada sesama manusia.
LAMBANG AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA INSAN PONTIANAK
KETERANGAN
GAMBAR :
1.
Bagian atas : Gambar
Tongkat Gembala
Melambangkan bahwa Akademi
Keperawatan Dharma Insan siap melayani sesama baik dalam keadaan sehat maupun
sakit dalam memenuhi kebutuhan kesehatan secara optimal, baik bio, psiko,
sosial maupun spiritual.
2.
Sayap Burung
Melambangkan bahwa Roh Kudus menaungi dan memberi
inspirasi dalam misi pelayanan dibidang
kesehatan.
3.
Ular Berbisa
Melambangkan bahwa pelayanan yang diberikan baik secara bio, psiko,
sosial maupun spiritual akan dapat menyembuhkan seseorang secara optimal.
4.
Salib
Terdapat ditengah-tengah melambangkan bahwa kegiatan pelayanan
didasarkan atas Cinta Kasih terhadap sesama dimana Salib yang dimaksud
merupakan inti dari kegiatan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
- PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
1.
Peserta didik
Peserta didik pada tahun ajaran 2010/2011 semester ganjil adalah
sebagai berikut :
No.
|
Tingkat
|
L
|
P
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1.
|
I
|
71
|
49
|
120
|
|
2.
|
II
|
46
|
58
|
104
|
|
3.
|
III
|
50
|
54
|
104
|
|
T o t a l
|
167
|
161
|
328
|
2.
Kurikulum
1. Tujuan.
Penyelenggaraan Pendidikan Diploma III Keperawatan bertujuan untuk
menghasilkan tenaga ahli madya bidang Keperawatan yang :
a.
Mampu melaksanakan pelayanan
keperawatan profesional dalam suatu sistem pelayanan kesehatan sesuai
kebijaksanaan umum pemerintah yang berlandaskan Pancasila, khususnya pelayanan
dan/atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas berdasarkan
kaidah-kaidah keperawatan.
b.
Mampu menunjukkan sikap kepemimpinan
dan bertanggung jawabdalam mengelola asuhan keperawatan
c.
Mampu berperan serta dalam
kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil penelitian
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu dan
jangkauan pelayanan/asuhan keperawatan.
d. Mampu berperan serta aktif dalam mendidik
dan melatih pasien.
e. Mampu mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan
kemampuan profesi
2.
Lama
Pendidikan dan Gelar Kelulusan.
Mahasiswa Program Diploma III keperawatan
memerlukan waktu 6 (enam) semester ntuk menyelesaikan 108 SKS Kurikulum
Nasional (KURNAS) ditambah 2 SKS Kurikulum Institusi (KURIN) dengan gelar Ahli Madya Keperawatan.
Batas
waktu untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan adalah 6 –
10 semester (sesuai SK Mendikbud. No.056/4/1994, tanggal 19 Maret 1994.
3.
Struktur Program Pendidikan.
STRUKTUR PROGRAM
SEMESTER I
NO
|
MATA
AJARAN
|
BEBAN STUDI
|
|||||
JML |
PENGALAMAN BELAJAR
|
||||||
PBC
|
PBD
|
PBP
|
PBK
|
PBL
|
|||
1
|
Ilmu Alam Dasar
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
2
|
Anatomi
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
3
|
Fisiologi & Biokimia
|
3
|
2
|
-
|
1
|
-
|
-
|
4
|
Konsep Dasar Keperawatan I
|
6
|
2
|
1
|
3
|
-
|
-
|
5
|
Kebutuhan Dasar Manusia I
|
4
|
2
|
-
|
2
|
-
|
-
|
6
|
Psikologi
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
7
|
Agama
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
Jumlah Kredit Semester
|
21
|
10
|
1
|
10
|
-
|
-
|
STRUKTUR PROGRAM
SEMESTER II
NO
|
MATA
AJARAN
|
BEBAN STUDI
|
|||||
JML |
PENGALAMAN BELAJAR
|
||||||
PBC
|
PBD
|
PBP
|
PBK
|
PBL
|
|||
1
|
Etika Keperawatan
|
4
|
2
|
-
|
2
|
-
|
-
|
2
|
Pancasila dan Kewarganegaraan
|
2
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
3
|
Mikrobiologi & Parasitologi
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
4
|
Sosiologi
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
5
|
Ilmu Gizi
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
6
|
Patologi
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
7
|
Kebutuhan Dasar Manusia II
|
4
|
1
|
-
|
3
|
-
|
-
|
8
|
Farmakologi
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
9
|
Komunikasi
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
Jumlah Kredit Semester
|
22
|
10
|
1
|
11
|
-
|
-
|
STRUKTUR PROGRAM
SEMESTER III
NO
|
MATA
AJARAN
|
BEBAN STUDI
|
|||||
JML |
PENGALAMAN BELAJAR
|
||||||
PBC
|
PBD
|
PBP
|
PBK
|
PBL
|
|||
1
|
Keperawatan Profesional
|
2
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Pendidikan Kesehatan
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
3
|
Dokumentasi Keperawatan
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
4
|
Keperawatan Medikal-Bedah I
|
5
|
3
|
-
|
3
|
-
|
-
|
5
|
Keperawatan Medikal-Bedah II
|
5
|
3
|
-
|
3
|
-
|
-
|
6
|
Keperawatan Komunitas
|
3
|
2
|
-
|
1
|
-
|
-
|
7
|
Caring
|
2
|
1
|
-
|
-
|
||
Jumlah Kredit Semester
|
21
|
11
|
1
|
6
|
-
|
-
|
STRUKTUR PROGRAM
SEMESTER IV
NO
|
MATA
AJARAN
|
BEBAN STUDI
|
|||||
JML |
PENGALAMAN BELAJAR
|
||||||
PBC
|
PBD
|
PBP
|
PBK
|
PBL
|
|||
1
|
Keperawatan Medikal-Bedah III
|
5
|
2
|
-
|
3
|
-
|
-
|
2
|
Keperawatan Anak I
|
5
|
2
|
-
|
3
|
-
|
-
|
3
|
Keperawatan Matemitas I
|
4
|
2
|
-
|
2
|
-
|
-
|
4
|
Keperawatan Jiwa I
|
4
|
2
|
-
|
2
|
-
|
-
|
Jumlah Kredit Semester
|
18
|
8
|
-
|
10
|
-
|
-
|
STRUKTUR PROGRAM SEMESTER V (PROFESI)
NO
|
MATA
AJARAN
|
BEBAN STUDI
|
|||||
JML |
PENGALAMAN BELAJAR
|
||||||
PBC
|
PBD
|
PBP
|
PBK
|
PBL
|
|||
1
|
Pengantar
Riset Keperawatan
|
2
|
1
|
-
|
-
|
1
|
-
|
2
|
Keperawatan Komunittas II
|
4
|
2
|
-
|
-
|
2
|
-
|
3
|
Keperawatan Jiwa II
|
2
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
4
|
Keperawatan Matemitas II
|
2
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
5
|
Keperawatan Medikal-Bedah IV
|
2
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
6
|
Keperawatan Anak II
|
2
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
7
|
Kepemimpinan & Manaj. Kepw.
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
|
Jumlah Kredit Semester
|
14
|
4
|
-
|
1
|
11
|
-
|
STRUKTUR PROGRAM SEMESTER VI (PROFESI)
NO
|
MATA
AJARAN
|
BEBAN STUDI
|
|||||
JML |
PENGALAMAN
BELAJAR
|
||||||
PBC
|
PBD
|
PBP
|
PBK
|
PBL
|
|||
1
|
Keperawatan Keluarga
|
3
|
1
|
-
|
1
|
-
|
1
|
2
|
Keperawatan Komunitas III
|
3
|
1
|
-
|
-
|
-
|
2
|
3
|
Keperawatan Gawat Darurat
|
3
|
1
|
-
|
1
|
1
|
-
|
4
|
Keperawatan Gerontik
|
2
|
1
|
-
|
-
|
-
|
1
|
5
|
Keperawatan Medikal-Bedah V
|
3
|
-
|
-
|
-
|
3
|
-
|
Jumlah Kredit Semester
|
14
|
4
|
-
|
2
|
4
|
4
|
1.
Sistem Administrasi Pendidikan
Pengertian Sistem Kredit
Sistem kredit adalah suatu system penyelenggaraan pendidikan dimana
beban studi peserta didik, beban kerja tenaga pengajar dan beban
penyelenggaraan pendidikan suatu mata kuliah tertentu kesemuanya dalam kredit.
- Satuan Kredit Semester
Adalah satuan ukuran yang
digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi peserta didik, besarnya
pengetahuan atas keberhasilan usaha komulatif bagi suatu program tertentu,
serta besarnya usaha penyelenggaraan pendidikan bagi perguruan tinggi dan
tenaga pengajar.
3. Pembagian Kegiatan Studi Dalam
Semester.
a.
Kegiatan Belajar mengajar 15 – 17 minggu pertemuan.
a.
UTS dilaksanakan 1 minggu.
b.
UAS dilaksanakan 2 minggu.
4.
Tujuan penerapan sistem SKS.
a. Tujuan Umum pendidikan yang
berlandasan system SKS adalah untuk
memungkinkan penyajian program pendidikan yang bervariasi
dan luwes.
Sehingga memberi kessempatan yang luas kepada
Mahasiswa untuk memilih
suatu paket studi yang akan
membentuknya kearah suatu bidang tertentu sesuai
dengan minat dan tuntutan
pembangunan bangsa dan negara.
b. Tujuan Khusus
Pendidikan yang berlandasan system SKS
antara lain.
1). Memberi kesempatan kepada
mahasiswa yang cakap dan giat belajar untuk
dapat menyelesaikan studi tepat
waktu.
2). Mempermudah penyesuaian mata kuliah
sesuai dengan perkembangan
masyarkat, ilmu dan teknologi.
3). Memberi kemungkinan agar sistem
evaluasi kemajuan peserta didik dapat
diseleng-garakan sebaik-baiknya.
4). Sarana pendidikan dapat digunakan
lebih efisien dan efektif.
5. Ciri – Ciri.
Sistem kredit pada program pendidikan D III keperawatan memiliki
cicr-ciri
Sebagai berikut :
a.
Setiap cabang ilmu atau mata
kuliah diberi nilai kredit dalam satuan semester.
b.Besar kecilnya bobot SKS untuk masing-masing cabang ilmu atau mata
kuliah yang berlainan tidak selalu sama.
c. Besar kecilnya bobot SKS suatu mata kuliah
tertentu sama sekali tidak mencerminkan penting tidaknya mata kuliah yang
bersangkutan.
d. Besar
kecilnya beban SKS untuk masing-masing cabang ilmu atau mata kuliah ditentukan
atas dasar ruang lingkup dan jumlah bahan
ajar mata kuliah bersangkutan.
Serta waktu yang dibutuhkan untuk menguasainya,
termasuk didalamnya adalah besarnya usaha untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
dinyatakan dalam Pengertian Sistem Kredit
Sistem kredit adalah suatu system penyelenggaraan
pendidikan dimana beban studi peserta didik, beban kerja tenaga pengajar dan
beban penyelenggaraan pendidikan suatu mata kuliah tertentu kesemuanya dalam
kredit.
6. Satuan Kredit Semester
Adalah satuan ukuran yang digunakan untuk
menyatakan besarnya beban studi peserta didik, besarnya pengetahuan atas
keberhasilan usaha komulatif bagi suatu program tertentu, serta besarnya usaha
penyelenggaraan pendidikan bagi perguruan tinggi dan tenaga pengajar.
7. Pembagian Kegiatan Studi Dalam
Semester.
a. Kegiatan Belajar mengajar 15 – 17 minggu
pertemuan.
- UTS dilaksanakan 1 minggu.
- UAS dilaksanakan 2 minggu.
b.
d. Minggu tenang 1 minggu.
8. Tujuan
penerapan sistem SKS.
a. Tujuan
Umum pendidikan yang berlandasan system SKS adalah untuk
memungkinkan penyajian program
pendidikan yang bervariasi dan luwes. Sehingga
memberi kessempatan yang luas kepada Mahasiswa untuk memilih suatu paket
studi yang akan membentuknya kearah suatu bidang tertentu sesuai dengan minat
dan tuntutan pembangunan bangsa dan negara.
b. Tujuan Khusus Pendidikan yang berlandasan system SKS antara lain.
1). Memberi kesempatan kepada
mahasiswa yang cakap dan giat belajar untuk dapat menyelesaikan studi
tepat waktu.
2). Mempermudah penyesuaian
mata kuliah sesuai dengan perkembangan masyarkat, ilmu dan teknologi.
3). Memberi kemungkinan agar
sistem evaluasi kemajuan peserta didik dapat diseleng-garakan sebaik-baiknya.
4). Sarana pendidikan dapat
digunakan lebih efisien dan efektif.
9. Ciri – Ciri.
Sistem kredit pada program pendidikan D
III keperawatan memiliki cici-ciri
Sebagai berikut :
a. Setiap cabang ilmu atau mata kuliah diberi
nilai kredit dalam satuan semester.
b. Besar kecilnya bobot SKS untuk
masing-masing cabang ilmu atau mata kuliah yang berlainan tidak selalu sama.
c. Besar kecilnya bobot SKS suatu mata kuliah
tertentu sama sekali tidak mencerminkan penting tidaknya mata kuliah yang
bersangkutan.
d. Besar kecilnya beban SKS untuk
masing-masing cabang ilmu atau mata kuliah ditentukan atas dasar ruang lingkup
dan jumlah bahan ajar mata kuliah
bersangkutan.
e. Serta waktu yang dibutuhkan untuk
menguasainya, termasuk didalamnya adalah besarnya usaha untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang dinyatakan dalam program perkuliahan , praktekum, praktek
lapangan maupun tugas-tugas lain.
Jenis dan
nilai Kredit Pengalaman Belajar
Pengalaman Belajar
Ceramah (PBC) atau kuliah (K)
Pengalaman belajar ceramah (PBC) adalah kegiatan
belajar mengajar yang bahan/pelajarannya disampaikan dengan cara lisan. Nilai
kredit PBC ditentukan berdasarkan atas beban kegiatan yang mencakup tiga macam
kegiatan per minggu selama satu satu semester yaitu tatap muka, kegiatan
terstruktur dan mandiri.
Nilai 1 sks untuk PBC/K adalah bila tiap minggu
selama satu semester dilakukan kegiatan pendidikan sebagai berikut :
1) 50 menit acara tatap muka terjadwal dengan
peserta didik
2) 60 menit acara kegiatan pengajaran
terstruktur, yaitu kegiatan studi yang tidak terjadwal tetapi direncanakan oleh
dosen.
3) 60 menit acara kegiatan mandiri, yaitu
kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara mandiri untuk mendalami,
mempersiapkan atau tujuan lain sebagai tugas pendidikan.
a.
Pengalaman
Belajar Diskusi (PBD)/Seminar (S)
Pengalaman belajar diskusi atau seminar adalah
kegiatan belajar mengajar yang dikemukakan dalam diskusi kelompok.
Dalam pbd /s terjadi interaksi dan diskusi yang
memungkinkan peserta didik mendapat pengalaman belajar konkrit dan aktif.
Nilai kredit 1 SKS pbd/s mencakup 3 jam interaksi
dan diskusi perminggu selama satu semester.
b. Pengalaman Belajar Praktika (PBP ) atau
praktek laboratorium ( L ).
Menguji coba pengetahuan dan ketrampilan yang sudah
diperoleh sebelumnya dengan cara demonstrasi, redemonstrasi dan atau simulasi.
Pada pbd/1 proses belajar dapat Pengalaman belajar praktika ( PBP ) adalah
kegiatan belajar mengajar di laboratorium yang memungkinkan peserta didik
memperoleh pengalaman konkrit, terjadi secara mandiri ataupun melalui interaksi
kelompok.
Nilai 1 sks pbp/L bila tiap minggu dalam satu semester dilakukan kegiatan
sebagai berikut :
1). 180 menit praktek terjadwal
2). 60 menit kegiatan akademik terstruktur
3). 60 menit kegiatan akademik mandiri
Jika kegiatan akademik terstruktur
dan mandiri tidak perrlu atau tidak dapat dijalankan pada program yang
berintikan kegiatan praktikum, maka sebagai pedoman untuk menentukan nilai
kredit 1 sks pbp dipakai lama waktu 3 – 4 jam kegiatan praktiikum terjadwal
dilaboratorium setiap minggu selama satu semester.
c. Pengalaman belajar klinik (
PBK ) atau praktek klinik ( P ).
Penglaman belajar klinik ( PBK ) memberi kesempatan
belajar kepada peserta didik untuk mengalami dan mempraktekan serta mencoba
secara nyata pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh pada setiap tahap
pendidikan disertai sikap professional sesuai dengan profesinya. Penguasaan
kognitif dan ketrampilan atau psikomotor dan sikap yang telah diperoleh serta
dipelajari dan atau dipraktekan secara utuh di klinik.
Nilai kredit 1 sks untuk PBK sama dengan kegiatan praktek
klinik selama 4 – 5 jam per minggu selama satu semester.
d. Pengalaman belajar lapangan (
PBL ).
Pengalaman belajar lapangan ( pbl )
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami dan mempraktekkan serta
mencoba secara nyata pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh pada
setiap tahap pendidikan disertai sikap profesional sesuai dengan profesinya.
Penguasaan kognitif, komunikasi dan ketrampilan atau psikomotor yang telah diperoleh atau dipelajari
dipraktekkan secara utuh dan menyeluruh di masyarakat.
Nilai kredit 1 sks untuk pbl sama dengan kegiatan praktek
lapangan selama 4 – 5 per minggu selama satu semester.
e. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI).
Penyusunan karya tulis ilmiah adalah kegiatan belajar
mengajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik dalam mengungkapkan
kemampuan penalaran secara komprehensif melalui tulisan sesuai dengan ruang
lingkup dan tanggung jawab profesinya.
Ketentuan
yang berkaitan dengan karya tulis Ilmiah akan ditentukan kemudian.
f. Program
perkuliahan , praktekum, praktek lapangan maupun tugas-tugas lain.
1) Jenis
dan nilai Kredit Pengalaman Belajar
2) Pengalaman Belajar Ceramah (PBC) atau
kuliah (K)
Pengalaman belajar ceramah (PBC) adalah kegiatan
belajar mengajar yang bahan/pelajarannya disampaikan dengan cara lisan. Nilai
kredit PBC ditentukan berdasarkan atas beban kegiatan yang mencakup tiga macam
kegiatan per minggu selama satu satu semester yaitu tatap muka, kegiatan
terstruktur dan mandiri.
Nilai 1 sks untuk PBC/K adalah bila tiap minggu
selama satu semester dilakukan kegiatan pendidikan sebagai berikut :
3) 50 menit acara tatap muka terjadwal dengan
peserta didik
4) 60 menit acara kegiatan pengajaran
terstruktur, yaitu kegiatan studi yang tidak terjadwal tetapi direncanakan oleh
dosen.
5) 60 menit acara kegiatan mandiri, yaitu
kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara mandiri untuk mendalami,
mempersiapkan atau tujuan lain sebagai tugas pendidikan.
6)
Pengalaman
Belajar Diskusi (PBD)/Seminar (S)
Pengalaman belajar diskusi atau seminar adalah
kegiatan belajar mengajar yang dikemukakan dalam diskusi kelompok.
Dalam pbd /s terjadi interaksi dan diskusi yang
memungkinkan peserta didik mendapat pengalaman belajar konkrit dan aktif.
Nilai kredit 1 SKS pbd/s mencakup 3 jam interaksi
dan diskusi perminggu selama satu semester.
g. Pengalaman Belajar Praktika (PBP ) atau
praktek laboratorium ( L ).
Menguji coba pengetahuan dan ketrampilan yang sudah
diperoleh sebelumnya dengan cara demonstrasi, redemonstrasi dan atau simulasi.
Pada pbd/1 proses belajar dapat Pengalaman belajar praktika ( PBP ) adalah
kegiatan belajar mengajar di laboratorium yang memungkinkan peserta didik
memperoleh pengalaman konkrit, terjadi secara mandiri ataupun melalui interaksi
kelompok.
Nilai 1 sks pbp/L bila tiap minggu dalam satu semester dilakukan kegiatan
sebagai berikut :
1). 180 menit praktek terjadwal
2). 60 menit kegiatan akademik terstruktur
3). 60 menit kegiatan akademik mandiri
Jika kegiatan akademik terstruktur
dan mandiri tidak perrlu atau tidak dapat dijalankan pada program yang
berintikan kegiatan praktikum, maka sebagai pedoman untuk menentukan nilai
kredit 1 sks pbp dipakai lama waktu 3 – 4 jam kegiatan praktiikum terjadwal
dilaboratorium setiap minggu selama satu semester.
h.
Pengalaman belajar klinik ( PBK ) atau praktek klinik ( P ).
Penglaman belajar klinik ( PBK ) memberi kesempatan
belajar kepada peserta didik untuk mengalami dan mempraktekan serta mencoba
secara nyata pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh pada setiap tahap
pendidikan disertai sikap professional sesuai dengan profesinya. Penguasaan
kognitif dan ketrampilan atau psikomotor dan sikap yang telah diperoleh serta
dipelajari dan atau dipraktekan secara utuh di klinik.
Nilai kredit 1 sks untuk PBK sama dengan kegiatan praktek
klinik selama 4 – 5 jam per minggu selama satu semester.
i. Pengalaman belajar lapangan (
PBL ).
Pengalaman belajar lapangan ( pbl )
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami dan mempraktekkan serta
mencoba secara nyata pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh pada
setiap tahap pendidikan disertai sikap profesional sesuai dengan profesinya.
Penguasaan kognitif, komunikasi dan ketrampilan atau psikomotor yang telah diperoleh atau dipelajari
dipraktekkan secara utuh dan menyeluruh di masyarakat.
Nilai kredit 1 sks untuk pbl sama dengan kegiatan praktek
lapangan selama 4 – 5 per minggu selama satu semester.
j. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI).
Penyusunan karya tulis ilmiah adalah kegiatan belajar
mengajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik dalam mengungkapkan
kemampuan penalaran secara komprehensif melalui tulisan sesuai dengan ruang
lingkup dan tanggung jawab profesinya.
Ketentuan
yang berkaitan dengan karya tulis Ilmiah akan ditentukan kemudian.
1. Lahan Praktek.
1. Rumah Sakit Sto. Antonius Pontianak.
2. Rumah Sakit Khusus Provinsi Kalimantan
Barat.
3. Rumah Sakit Jiwa Singkawang.
4. Puskemas Jl. Jend. Urip Pontianak.
5.
Puskesmas Jl. Apel Pontianak .
6.
Puskesmas Perum I Pontianak .
7. Klinik Bersalin yang ditunjuk Yayasan
Dharma Insan Pontianak.
8. Institusi Kesehatan lain dibawah naungan
Keuskupan Agung Pontianak.
2.
Kegiatan ko Kurikuler
Kegiatan ko Kurikuler biasanya berupa study tour yang dilaksanakan
setiap tahun
Pada tahun 2009/2010 Mahasiswa Akper Dharma Insan Pontianak
melakukan kegiatan ko Kurikuler Ziarah Bulan Maria ke Gua Maria dan Taman Pasir Panjang Indah.
3.
Kegiatan Ekstra Kurikuler
a.
Mengikuti pertandingan olah
raga dan kesenian dalam rangka HUT RSU St. Antonius Pontianak, Dies Natalis,
antar Perguruan Tinggi kesehatan dan non kesehatan dll.
E.
SUMBER DAYA MANUSIA.
1.
Dosen Tetap.
NO
|
NAMA DOSEN
|
LATAR BELAKANG/
AKTA
|
MATA AJARAN YANG DIAJARKAN
|
1.
|
Agustinus HS., SKM, M.Kes
|
- DIII Keperawatan
- S1 Kesmas
- S2 Promkes
- Akta IV
|
1. Promkes
2. Kep. Komintas I & II
|
2.
|
Antonius Jumadi, S.Kep. Ners
|
- DIII Keperawatan
- S1 Keperawatan
- Ners
- Pekerti
|
1. KDM I & II
2. Anatomi Fisiologi
3. KMB I, II, IV
4. Kep. Gerontik
5. Kep. Jiwa I, II
6. Seminar. Kep.
7. Kep. Profesional
8. Kep. Anak
9. KGD
|
3.
|
Ns. Elisabeth Wahyu
Savitri, S.Kep
|
- S1 Keperawatan
- Ners
- Pekerti
|
1. Konsep Dasar Kep
2. KMB I,II,III,IV
3. Kep & Manaj Kep.
4. Kep. Keluarga
5. Kep. Gerontik
6. Caring
7. KGD
8. Komunikasi Dlm. Kep
9. Dokomentasi Kep.
10. Kep. Komunitas I, II
|
4.
|
Ns. Sisilia Lily, S.Kep
|
- DIII
Keperawatan
- S1
Keperawatan
- Ners
- Akta III
|
1. Konsep Dasar Kep
2. KMB I,II,III,IV
3. Kep Dan Maaj. Kep
4. Kep. Keluarga
5. Kep. Gerontik
6. Caring
7. Etika Keperawatan
8. Komunikasi Dlm Kep.
9. Kep. Profesional
10. KGD
|
5.
|
Elly M. Titihalawa, SST
|
- DIII Keperawatan
- DIV Kepwt. Dasar
- Akta III
|
1. Kep. Anak
2. Anatomi & Fisiolog
3. Biokimia
4. Komunikasi Dlm Kep..
5. Kep Dan Manaj. Kep.
6. Kep. Maternitas
|
6.
|
Laurensius Daniel, SKM
|
- DIII Keperawatan
- S1 Kesmas
- Akta III
|
1. KMB I, II, III, IV
2. Anatomi & Fisiologi
3. Prom. Kesehatan
4. Caring
5. Kep. Komunitas I, II
6. KGD
|
7.
|
Pelapina Heriana, S.Kep. Ners
|
- DIII
Keperawatan
- S1
Keperawatan
- Pekerti
|
1. Kep. Manajemen
2. KDM I, II
3. KMB I, II, III, IV
4. Komunikasi Dlm Kep.
|
8.
|
Veronika Herawati, S.Kep. Ners
|
- DIII Keperawatan
- S1 Keperawatan
- Ners
|
1. KMB I, II, III, IV
2. Keperawatan Jiwa I, II
3. Kep. Dan Manaj. Kep
4. Kep. Profesional
5. Seminar Keperawatan
|
9.
|
Maria Goretik, AMd. Keb
|
- DIII Kebidanan
|
1. Kep. Maternitas I, II
2. Kep. Anak I, II
3. KMB II, IV
4. KMD I, II
|
10.
|
Fransiska Romina, S.Kep. Ners
|
- S1 Keperawatan
- Ners
|
1. Kep. Materinitas I, II
2. Kep. Anak I, II
3. KMB I, II, III, IV
4. KDM I, II
|
11.
|
Yustina Riki N, S.Kep. Ners
|
- S1 Keperawatan
- Ners
|
1. Kep. Materinitas I, II
2. Kep. Anak I, II
3. KMB I, II, III, IV
4. KDM I, II
|
12.
|
Florida Listiva Punggus, S.Kep.Ners
|
- S1 Keperawatan
- Ners
|
1. Kep. Materinitas I, II
2. Kep. Anak I, II
3. KMB I, II, III, IV
4. KDM I, II
|
13.
|
Lydia Moji Lautan, S.Kep.Ners
|
- S1 Keperawatan
- Ners
|
1. Kep. Materinitas I, II
2. Kep. Anak I, II
3. KMB I, II, III, IV
4. KDM I, II
|
14.
|
Sr. Daria Tumin, SFIC, MAN
|
- Master Of
Arts In
Nursing
|
1. KMB I, II, III, IV
|
15.
|
Lutfiaty
Erfany, S.Kep. Ners
|
- DIII
Keperawatan
- S1
Keperawatan
- Ners
|
1. KMB I, II, III, IV
|
16.
|
Klara Runita
|
- DIII
Keperawatan
- S1
Keperawatan
- Ners
|
1. KMB I, II, III, IV
|
17
|
Hendrika Nurhayati, S.Kep. Ners
|
- DIII
Keperawatan
- S1
Keperawatan
- Ners
|
1. KMB I, II, III, IV
|
18
|
A k u n, S.Kep. Ners
|
- DIII
Keperawatan
- S1
Keperawatan
- Ners
|
1. KMB I, II, III, IV
|
2. Dosen Tetap Tugas Belajar/Ijin Belajar
No.
|
Nama
|
Program
|
Th.
Masuk
|
Th.
Selesai
|
Tugas
Belajar
|
||||
1.
|
Tonalius
|
Prog. Studi Magister M. Kes URINDO Jakarta
|
Sept
2009
|
Juni 2011
|
Ijin
Belajar
|
||||
1.
|
Elly
Marce Titihalawa
|
STIKEP
Muhammadiyah Ptk.
|
Sept
2010
|
Juli
2012
|
3.
Tenaga Dosen Tidak Tetap
No.
|
Nama
|
Latar
Belakang Pendidikan
|
Unit
Kerja
|
1.
|
Drs. Joein K. Legawa, SE
|
- PTIK & S1 Ekonomi
- Lemhanas/Kewiraan
|
Dosen
UPB
|
2.
|
Drs.
H. Chairul Fuad, M. Kes
|
- S1 Pendidikan
- Magister Kesehatan
|
Bapelkes Pontianak/ Kepala PKBI Kalbar
|
3.
|
Dr.
Yuliana T., Sp.KK
|
Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin
|
RSSA
|
4.
|
Dr.
Abdul Salam Sp.PP
|
Spesialis
Penyakit Paru
|
RSDS
|
5.
|
Dr.
John Hard, Sp.BS
|
Spesialis
Bedah Saraf
|
RSDS
|
6.
|
Dr.
Ruddy. AT., Sp.PD
|
Spesialis
Penyakit Dalam
|
RSSA
|
7.
|
Dr.
Suhatman Sp.M.
|
Spesialis
Penyakit Mata
|
RSDS
|
8.
|
Dr.
Noviati, Sp.THT
|
Spesialis
Penyakit THT
|
RSSA
|
9.
|
Dr.
Betty, Sp. JP
|
Spesialis
Penyakit Jantung & Pembuluh Darah Spesialis Bedah Umum
|
RSDS
|
10.
|
Dr. Joko T.Basuki, Sp.OG
|
Spesialis
Obstetri & Gine-kologi
|
RSSA
|
11.
|
Dr. Karida Salim
|
Dokter
Umum
|
RSSA Pontianak
|
12.
|
Dr.
Juntu, Sp.OG
|
Spesialis
Obstetri & Gine-kologi
|
RSSA
|
13.
|
Dwi
Suseno, S.Kep. Ners
|
-
S1 Keperawatan
|
RS.
Khusus Prov. Ptk
|
14.
|
Dr.
Sihabudin AR., Sp.M
|
Spesialis
Mata
|
RSSA
Ptk.
|
15.
|
Evi
Muliati, MSc
|
Master
Farmasi
|
Wiraswasta
(Apotik Mandiri
|
16.
|
TIM UPT Bahasa UNTAN Pontianak
|
Bachelor
in English
Bussiness
|
UPT
Bahasa UNTAN
|
17.
|
Surya
Rusmanto, AMA
|
DIII
Anatesi
|
RSSA
|
18.
|
Antonius
Pawi, AMA
|
DIII
Anatesi
|
RSSA
|
19.
|
Dr. Hengkie Aswarie, Sp.U
|
Spesialis
Urologi
|
RSSA
|
20.
|
Dr.
Daunwati, M.Gizi
|
S2
Gizi
|
RSSA
|
21.
|
Drs.
Paulus Kota
|
S1
Filsafat Moral
|
Pastor
Gereja
Katederal
Pontianak
|
22.
|
Ir.
L.D. Ranssa
|
S1
Teknik Sipil
|
SMU
St. Asisi Ptk
|
23.
|
Adrianus,
S.Si
|
S1
Ilmu Biologi
|
SMU
St. Asisi Ptk
|
24.
|
Drs.
Gasfar Deso Esso
|
S1
Pendidikan
|
Dosen
UNTAN Ptk
|
25.
|
Dr.
Charles Hutasoit, Sp.A
|
Spesialis
Penyakit Anak
|
RSSA
|
26.
|
Dr.
Taswin Timbung, Sp.JP
|
Spesialis
Penyakit Jantung & Pembuluh Darah
|
RSDS
|
27.
|
A.
Wina, S.Si.T, MMKes
|
Magister
Manajemen Kesehatan
|
|
28.
|
Dr. Sugeng K, Sp.BO
|
Spesialis
Ortopendi
|
RS.
Bhayangkara Ptk
|
29.
|
Imelda
L., AMd. Keb.
|
DIII
Kebidanan
|
RSSA
|
30.
|
Theodora
Dora, AMd. Keb.
|
DIII
Kebidanan
|
RSSA
|
31.
|
Susana.
B, AMK
|
DIII
Keperawatan
|
RSSA
|
32.
|
Yulianti
|
DIII
Keperawatan
|
RSSA
|
33.
|
Yovan H., S.Ked,M.Biomed
|
Magister
Biomedik
|
AKBID
Panca Bhakti
|
34.
|
Norbertus
Priadi, S.Ag
|
S1
Agama
|
Guru
SMA St.Paulus
|
35.
|
Dr.
Adi Sudjatmiko, Sp.PK
|
Spesialis
Patologi Klinik
|
RSSA
|
36.
|
Dr. Jendaria T, Sp.PJ
|
Spesialis
Penyakit Jiwa
|
RS
Khusus Prov. Ptk.
|
37.
|
Petrus Budi R, APP, M.Kes
|
Magister
Kesehatan
|
Dinkes
Prov. Kalbar
|
38.
|
Surya
Rusmanto, AMA
|
DIII
Anetesi
|
RSSA
|
39.
|
Antonius
Pawi, AMA
|
DIII
Anetesi
|
RSSA
|
40.
|
Drs.
Paulus Kota
|
S1
Filsafat Moral
|
Pastoral
Gereja Katedral
|
41.
|
Dr. Yustar Mulyadi, Sp.PD
|
Spesialis Penyakit Dalam
|
RSSA Pontianak
|
42.
|
Sri
Wahyuni, AMd. Kep
|
DIII
Keperawatan
|
RSSA
|
43.
|
Dr.
Titik Nurwahyuni W, Sp.S
|
Spesialis
Saraf
|
RSDS
|
44.
|
Drs.
Philipus Mimin
|
S1
Pendidikan
|
Guru
SMA
|
46
|
Imelda,
SKM
|
S1
Kesmas
|
Dinkes
Prov. Kalbar
|
47.
|
Lidia
Lily, S.Si.T
|
DIV
Kebidanan
|
AKBID
Benedicta Pontianakj
|
48.
|
Susanna,
SKM
|
S1
Kesmas
|
AKBID
Benedicta Pontianak
|
49.
|
Agustina
Nona, APP
|
DIV
Kebidanan
|
AKBID
Benedicta Pontianak
|
50.
|
S.
Buaton, SIP
|
S1
Ilmu Politik & Sosial
|
SMA
St. Petrus Ptk
|
4.
Tenaga Tata Usaha
No.
|
Nama
|
Latar belakang Pendidikan
|
Bidang Tugas
|
1.
|
Sutarso,
SH
|
S1
Hukum
|
Ka.Bag.
Adm. Umum & Kepegawaian
|
2.
|
Heronius,
SE
|
S1
Ekonomi
|
Ka.Bag.
Keuangan
|
3.
|
Yohanes Viany
|
STM
|
Ka.Bag. RT & Logistik
|
4.
|
Exbertus, SH
|
S1 Hukum
|
Ka.Bag.Info & Teknologi
|
5.
|
Marcelina, AMd
|
DIII Sekretaris
|
Staf Adm. Akademik
|
6.
|
Novita Faradilla Santi, S.Kom
|
S1 Manaj. Informatika
|
Staf Adm. Akademik
|
7.
|
Margaretha Lisa, AMd
|
DIII Manaj. Informatika
|
Staf Adm. Umum
|
8.
|
Elvina
|
SMA
|
Pelaksana Laboratorium
|
9.
|
Yakobus, SH
|
S1 Hukum
|
Petugas Perpustakaan
|
10.
|
Samuel Joko Prayitno
|
SMA
|
Pelaksana RT
|
11.
|
Sariah
|
SD
|
Pekarya
RT
|
12.
|
Martina
Enna
|
SD
|
Pekarya
RT
|
13.
|
Rafika Gani
|
SMA
|
Satpam
|
14.
|
Stanislaus
|
SMA
|
Satpam
|
15.
|
Erman
|
SMP
|
Satpam
|
16.
|
Muliadi
|
SMP
|
Satpam
|
- SARANA
DAN FASILITAS
1. Tanah
a. Luas tanah : 22.400 m2 .
b. Status tanah : Milik keuskupan Agung Pontianak.
2.
Kampus/Perkantoran
Akademi
Keperawatan Dharma Insan Pontianak memiliki 1 bangunan
gedung Kampus/Perkantoran dengan keseluruhan 22.400 m2.
No.
|
Nama Ruang/Lokal
|
Ukuran
|
Kapasitas
|
Status
|
Ket.
|
1
|
Ruang Kuliah :
|
||||
a. Ruang Kuliah IA
|
100 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
|
b. Ruang Kuliah IB
|
100 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
|
c. Ruang Kuliah IIA
|
100 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
|
d. Ruang Kuliah IIB
|
100 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
|
e. Ruang Kuliah IIIA
|
100 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
|
f. Ruang Kuliah IIIB
|
100 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
|
2
|
Ruang Kuliah Atas :
|
100 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
a. Ruang Kuliah A
|
100 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
|
b. Ruang Kuliah B
|
100 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
|
c. Ruang Kuliah C
|
100 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
|
3
|
Ruang Direktur
|
16 m2
|
10 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
4
|
Ruang Pudir I
|
9 m2
|
5 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
5
|
Ruang Pudir II
|
9 m2
|
5 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
6
|
Ruang Pudir III
|
12 m2
|
8 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
3
|
Ruang Tata Usaha
|
32 m2
|
15 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
4
|
Ruang Dosen
|
76 m2
|
20 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
5
|
Ruang Perpustakaan
|
146 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
6
|
Ruang Simulasi
|
268 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
7
|
Ruang Laboratorium
|
268 m2
|
60 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
8
|
Ruang Rapat
|
60 m2
|
35 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
9
|
Ruang Tamu
|
30 m2
|
15 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
10
|
Ruang Gudang
|
100 m2
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
|
11
|
Auditorium
|
200 m2
|
300 orang
|
Milik Sendiri
|
Full AC
|
3.
Bangunan Asrama
No
|
Nama Asrama
|
Luas
|
Kapasitas T. Tidur
|
1.
|
Asrama Putri I
|
200 m2
|
100
|
2.
|
Asrama Putri II
|
200 m2
|
100
|
3.
|
Kantin I
|
50 m2
|
|
4.
|
Kantin II
|
50 m2
|
4.
Fasilitas Perkantoran
No
|
Jenis
Fasilitas
|
Jumlah
|
Kondisi
|
1
|
Komputer
|
9
Unit
|
Baik
|
2
|
Mesin Stensil
|
1
Unit
|
Baik
|
3
|
Mesin Ketik
|
2
Unit
|
Baik
|
4
|
Telepon
|
1
Unit
|
Baik
|
5
|
Kulkas
|
1
Unit
|
Baik
|
6
|
Kipas angin
|
20
unit
|
Baik
|
7
|
Filling
Kabinet
|
9
Unit
|
Baik
|
8
|
Meja/kursi
kantor
|
25
Unit
|
Baik
|
- Sarana Penunjang PBM
No
|
Jenis
ABBM
|
Jumlah
|
Keterangan/Kondisi
|
1
|
Over Head
Projector
|
4
unit
|
Baik
|
2
|
Pengeras
Suara/Toa
|
4
unit
|
Baik
|
3
|
Wirelas
|
4
unit
|
Baik
|
4
|
White Baord
|
8
unit
|
Baik
|
5
|
Laptop
|
5
unit
|
Baik
|
6
|
Innfocus
|
5
unit
|
Baik
|
7
|
Televisi
|
1 unit
|
Baik
|
8
|
Salon/Speker
|
6
unit
|
Baik
|
9
|
Fantom Multi
User
|
4
unit
|
Baik
|
11
|
Fantom Anatomi
Rangka
|
4
unit
|
Baik
|
12
|
Fantom
Kebidanan
|
5
unit
|
Baik
|
13
|
Fantom
Resusitasi dewasa/anak
|
3
unit
|
Baik
|
14
|
Fantom
Organ-organ Tubuh
|
8
unit
|
Baik
|
15
|
Alat Pratikum
Klinik
|
1
unit
|
Cukup
memadai baik
|
16.
|
E K G
|
4
set
|
Baik
|
17.
|
Oksigen
|
4
set
|
Baik
|
18.
|
Isap Slym
|
3
set
|
Baik
|
19.
|
Nebulizer
|
3
set
|
Baik
|
20.
|
Set Minor
|
4
set
|
Baik
|
21.
|
Kursi roda
|
6
buah
|
Baik
|
22.
|
Belangkar
|
2
buah
|
Baik
|
23.
|
Kruk
|
3
set
|
Baik
|
6.
Sarana Tranfortasi
Kendaraan yang dimiliki 2
buah mobil Mitsubisi L.300.
7.
Prasana institusi
a.
Lapangan Olah Raga
- Lapangan Volly Ball : 1, dengan ukuran 18 x 9 m (126 m2)
- Lapangan Badminton : 1, dengan ukuran 12 m x 12 m x 6 m (72 m2)
b. Lapangan Upacara : Luas 40 m x 30 m (1200m2)
- PENDANAAN
Sebagai sumber utama biaya penyelenggaraan Pendidikan Akper Dharma
Insan Pontianak adalah swadana mahasiswa berupa Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan
(SPP) yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan/inflasi. Sedangkan dana cadangan untuk penyelenggaraan
pendidikan disimpan dalam bentuk deposito di Bank Mandiri.
- BUKU PUSTAKA
Sampai akhir tahun 2010, buku pustaka yang dimiliki Akper Dharma
Insan Pontianak 4.042 eksemplar yang terdiri dari 1.063 judul buku baik dalam
bahasa Inggris maupun dalam bahasa Indonesia.
Dari jumlah 4.042 eksemplar buku atau 1.063 judul buku yang ada jika
dikelompokan menurut standar ABBM yang dikeluarkan oleh Pusdiknakes, maka
gambaran kepustakaan yang dimiliki Akper Dharma Insan Pontianak saat ini adalah
:
1. Kelompok MKK sebanyak 2.736
Eksemplar dan 756 judul
2. Kelompok MPDK sebanyak 241
Eksemplar dan 104 judul
3. Kelompok MPDU sebanyak 1.065
Eksemplar dan 203 judul
4. Majalah 201 Judul 410 eksemplar
- PERALATAN LABORATORIUM DAN SIMULASI
1.
Peralatan laboratorium
Jika
mengacu pada standar ABBM yang dikeluarkan Pusdiknakes, peralatan
Laboratorium yang dimiliki Akper Dharma Insan Pontianak sudah memadai.
2.
Peralatan Simulasi/Visualisasi
Jika mengacu pada standar Sistem Informasi pendidikan Tenaga
Kesehatan (SIPTK) yang dikeluarkan oleh Pusdiknakes, Keberadaan peralatan
Simulasi/Visualisasi Klinik kami anggap sudah cukup memadai .
- PEMBERDAYAAN LULUSAN
Akademi Keperawatan Dharma Insan Pontianak telah
meluluskan 8 angkatan :
DAFTAR JUMLAH LULUSAN SBB :
NO.
|
TAHUN
|
LULUSAN
|
JUMLAH
|
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
|||
1.
|
2003
|
9
|
29
|
38
|
2.
|
2004
|
18
|
29
|
47
|
3.
|
2005
|
7
|
44
|
51
|
4.
|
2006
|
12
|
37
|
49
|
5.
|
2007
|
16
|
31
|
47
|
6.
|
2008
|
17
|
38
|
55
|
7.
|
2009
|
18
|
47
|
65
|
8.
|
2010
|
26
|
68
|
94
|
T o t a l
|
123
|
323
|
446
|
Sebagian besar lulusan Akper Dharma Insan didayakan di RS Santo
Antonius Pontianak ,
sebagaian lagi di Pegawai Negeri dan di RS/Klinik Swasta lainnya.
Demikian Profil
Akper Dharma Insan ini kami sampaikan dengan harapan kiranya apa yang telah
kami jelaskan dapat menjadi pendukung atau bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan penyelenggaraan Akper Dharma Insan Pontianak.
Pontianak, 24 Maret 2011
Direktur Akper Dharma Insan Pontianak
AGUSTINUS HS., SKM, M.Kes
Langganan:
Postingan (Atom)