Tek Berjalan


"DAFTAR ULANG MAHASISWA SECARA ONLINE, SELAIN DENGAN CARA INI DITOLAK"

Arti Salam Dayak

Adil Ka’Talino, Bacuramin Ka’Saruga, Basengat Ka’Jubata
REP | 29 October 2013 | 10:40http://assets.kompasiana.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_baca.gif Dibaca: 172   http://assets.kompasiana.com/statics/kompasiana4.0/images/img_komen.gif Komentar: 1   http://assets.kompasiana.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_nilai.gif 0
Ketua Dewan Adat Dayak Kalimantan Barat (DAD), Drs.Cornelis,MH
Ada yang selalu saya ingat usai meliput acara peresmian Kantor Bupati Landak di kota Intan (sebutan untuk Kota Ngabang) Provinsi Kalimantan Barat. Sebuah kalimat “Adil Ka’Talino, Bacuramin Ka’Saruga, Basengat Ka’Jubata,” yang diucapkan oleh BupatiLandak, Drs.Cornelis, MH di awal sambutannya.
Ketertarikan saya bukan hanya karena kalimat tersebut baru pertama kali saya dengar, namun sudah sangat jarang atau hampir tidak pernah terdengar ada pejabat yang membuka sebuah acara menggunakan bahasa daerah, khususnya di Bumi Borneo.
Setelah sekian lama penasaran, akhirnya “misteri” kalimat tersebut terjawab. Bukan oleh orang lain, melainkan oleh Cornelis sendiri. Hanya bedanya jawabannya saya dengar setelah yang bersangkutan terpilih menjadi Gubernur.
Pada suatu acara, Cornelis menjelaskan maksud dari kalimat  “Adil Ka’Talino, Bacuramin Ka’Saruga, Basengat Ka’Jubata”. yang kebetulan berasal dari bahasa Dayak Kanayatn.
“Adil Ka’ Talino ini artinya melihat manusia itu utuh sebagai manusia”. ”Antara laki-laki dan perempuan itu sama karena dalam suku Dayak tidak mengenal kasta, sehingga tidak melihat manusia berdasarkan statusnya, apakah  ia kaya, miskin  atau golongan ningrat”, jelas Cornelis.
“Selanjutnya Bacurramin Ka’Saruga adalah bercermin ke Surga,”. “Bagaimana kita melihat diri kita atau ukuran apa yang digunakan agar bisa masuk Surga”. ”Kita harus mengikuti perintah agama, kalau dalam agama Katolik dikenal dengan sepuluh perintah Tuhan ditambah dengan lima perintah gereja”, tambahnya.
Menurut Cornelis, kalimat  ini sesuai dengan sila Kedua dalam Pancasila, yaitu Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
Sedangkan yang terakhir Basengat Ka’Jubata, berarti kehidupan manusia. Maksudnya dalam melakukan usaha dan upaya di dunia ini,  kita harus percaya Tuhan maka Ia akan memberkati.
Jubata itu Tuhan, Basengat itu kehidupan, bearti kita harus percaya dengan kuasa Allah,  kalau dalam Pancasila disebut dengan Ketuhanan Yang Maha Esa”, terang Cornelis.
Sementara bagi yang mendengar salam ini, mereka menjawabnya dengan kata ”Arus” yang berarti mengiyakan.
“Mengucapkan kalimat yang berasal dari bahasa Dayak maupun bahasa daerah lainnya pada suatu acara atau kegiatan, bukanlah suatu hal terlarang di negara Indonesia,”. “Berbagai suku bangsa yang mendiami bumi pertiwi, memiliki hak yang sama untuk mengembangkan dan melestarikan budaya dan bahasanya masing – masing, semuanya diakui oleh Pemerintah, dan apa yang saya lakukan merupakan bagian dari mengembangkan serta melestarikan budaya bangsa” pungkas Cornelis.
Pada kesempatan itu, Cornelis, juga menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Jenewa, Swiss. Negara ini memiliki 3 bahasa nasional, yakni Prancis, Jeman dan Italia. Mereka yang yang tinggal di dekat perbatasan negara Perancis menggunakan bahasa Perancis. Sementara masyarakat yang tinggal dekat perbatasan negara Jerman berbicara menggunakan bahasa Jerman. Begitu pula yang tinggal dekat perbatasan Italia berkomunikasi dengan bahasa Italia. Namun, perbedaan bahasa ini tidak menjadi persoalan bagi masyarakat Swiss.
“Bahkan, saat menghadiri sebuah acara di Jawa Tengah tepatnya di Candi Prambanan, saya sempat membaca sebuah koran lokal tentang himbauan Gubernur Jawa Tengah, bahwa saat – saat tertentu masyarakat di sana wajib berbahasa jawa”, ungkap Cornelis.
“Jadi saya menggunakan kata salam di bumi Borneo ini dengan bahasa Dayak karena bahasa merupakan salah satu kebudayaan yang wajib kita jaga dan pelihara, apalagi tidak perlu pakai ongkos”. ”Jangan hanya belajar bahasa Inggris, Mandarin, atau bahasa asing lainnya, namun bahasa kita sendiri ditinggalkan”, Cornelis mengingatkan. (Lukas B Wijanarko)
Diambil dari: http://sosok.kompasiana.com/2013/10/29/adil-katalino-bacuramin-kasaruga-basengat-kajubata-605828.html